Sabtu, 04 Februari 2017 | 10:29 WIB
Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di Jakarta, Minggu (26/2). TEMPO/Eko Siswono Toyudho
“Saya minta satu minggu ke depan sudah dapat diputuskan pelaksananya,” kata Basuki melalui siaran tertulis yang diterima Tempo, Sabtu, 4 Februari 2017. Proyek JSS merupakan kerja sama Kementerian PUPR dengan Japan International Cooperation Agency (JICA).
JSS diproyeksikan akan melayani pengelolaan air limbah seluruh Jakarta yang terbagi dalam 14 zona berdasarkan kondisi geografis. Pekerjaan pada zona 1 merupakan prioritas, dan setelah itu akan dilanjutkan ke zona-zona lainnya.
Basuki mengatakan, pada 2011, Jepang melalui JICA telah melakukan studi yang merekomendasikan pengembangan sistem air limbah yang terbagi dalam 14 zona. Zona yang secara khusus dikerjakan oleh kementeriannya adalah zona 1 (Pluit) dan 6 (Duri Kosambi). “Sementara sisanya akan dikerjakan oleh pemerintah DKI Jakarta,” ujarnya.
Menurut Basuki, perkiraan kebutuhan dana untuk pembangunan 14 zona mencapai Rp 69,6 triliun. Rinciannya, ia menyebutkan, zona 1 JSS seluas 4.901 hektare berkapasitas 198 ribu meter kubik per hari membutuhkan dana Rp 8,1 triliun. “Dengan pembangunan di zona tersebut, pengelolaan limbah Jakarta diperkirakan bertambah menjadi 20 persen, dari sebelumnya hanya 2,38 persen,” tuturnya.
Sedangkan zona 6, yang mencakup wilayah Duri Kosambi, luas JSS yang akan dibangun adalah 5.875 hektare dengan kapasitas 282 ribu meter kubik per hari. Perkiraan biayanya mencapai Rp 8,7 triliun. “Saat ini, Jakarta baru memiliki satu instalasi pengolahan air limbah, yakni di Waduk Setiabudi,” ujar Basuki.
FRISKI RIANA
Sumber Berita :
Pengelolaan Air Limbah DKI, Menteri Basuki Tunjuk Konsultan